Semarak Penjor Yadnya di Pengrebongan Kesiman: Ajang Kreativitas dan Ketulusan Persembahan

1 month ago 3
ARTICLE AD BOX
Acara ini melibatkan sekitar 32-33 banjar yang berlomba untuk menunjukkan kreativitas dan ketulusan dalam menyusun Penjor Yadnya, yang merupakan persembahan suci, bukan sekadar penjor hiasan.

Ketua Yowana Desa Adat Kesiman, I Wayan Dendy Sandinata, menjelaskan bahwa lomba Penjor kali ini diselenggarakan berkat dukungan dari LPD Kesiman dan kerja sama Yayasan Bhuana Kosala Desa Adat Kesiman. 

"Kami berterima kasih kepada seluruh pemangku kepentingan, Sekaa Teruna, dan masyarakat Desa Kesiman yang telah berpartisipasi. Penjor ini adalah bentuk yadnya, bukan penjor hias, dan harus mengikuti pakem tradisional seperti penggunaan hasil bumi, yakni pala bungkah, pala gantung, dan pala wija," ujarnya.

Dendy juga menekankan bahwa meskipun ada pengembangan dalam estetika penjor agar terlihat lebih menarik, prinsip dasarnya tidak boleh diabaikan. "Kami menggunakan bahan-bahan alami seperti ental, yang lebih tahan lama dibandingkan dengan bahan lain. Tren penjor berwarna memang berkembang, namun di sini bahan-bahan yang digunakan harus tetap alami, bukan produk pabrik," tambahnya.

Seiring dengan piodalan di tengah musim Pilkada Serentak 2024, Dendy berharap agar kegiatan seperti lomba Penjor ini tetap mendapat perhatian dan dukungan dari pemerintah, siapapun yang terpilih nantinya. "Kami ingin lomba seperti ini tidak hanya sekadar ajang seni, tetapi juga menjadi wadah bagi para pemuda untuk menunjukkan bakat mereka dalam tradisi dan budaya Bali," harapnya.


Kreativitas dan Inovasi dalam Penjor Pengrebongan

Sementara itu, I Wayan Eka Sukertya Ghama, atau yang akrab disapa Eka Soca, sebagai tim juri panureksa Penjor, menyampaikan bahwa lomba Penjor di Pura Pengrebongan mengutamakan beberapa aspek dalam penilaian. "Yang pertama adalah kelengkapan penjor, seperti adanya pala bungkah, pala gantung, kober, dan endongan. Kedua, harmonisasi dan kesegaran bahan, bagaimana memadukan bahan-bahan agar sesuai dengan konsep yang dibuat. Ketiga, inovasi atau kreativitas, ini penting karena lomba Penjor Pengrebongan dianggap sebagai kiblat penjor-penjor agung di Bali," jelasnya.

Eka Soca menambahkan bahwa perkembangan seni penjor dalam setiap penyelenggaraan lomba terlihat semakin baik. "Setiap enam bulan sekali, selalu ada inovasi dan perubahan dalam konsep serta ide yang dituangkan. Saat ini, karya para peserta semakin rapi, besarannya lebih merata, dan estetika penjor lebih menonjol," katanya.

Sebagai juri, Eka Soca merasa bersyukur bisa terus dipercaya menjadi tim panureksa dalam lomba Penjor Pengrebongan. "Lomba ini menjadi acuan bagi masyarakat Bali dalam membuat penjor saat upacara piodalan, event Bali, atau Hari Raya Galungan. Harapannya, lomba seperti ini terus ada, karena di sini kita bisa menemukan bibit-bibit undagi penjor yang berbakat, baik di Kesiman maupun di Bali secara umum," tutupnya.

Ajang lomba Penjor ini tidak hanya menampilkan kreativitas, tetapi juga menunjukkan ketulusan para peserta dalam mempersembahkan yadnya sebagai bagian dari tradisi budaya Bali yang terus dijaga dan dilestarikan. *m03

Read Entire Article